Langsung ke konten utama

Tips Melawan Rasa Malas Yang Kerap Muncul Saat Menulis

Seorang motivator kelas dunia, Mr. Anthony Robbins menyatakan bahwa manusia bisa bergerak maju menyelesaikan targetnya dikarenakan 2 hal. 
Yang pertama, manusia akan bergerak maju saat ada alasan yang menyenangkan baginya saat melakukan hal tersebut.
Yang kedua, manusia bisa bergerak maju menyelesaikan target saat ada paksaan dalam bentuk hukuman, atau pun berupaya untuk menghindari rasa sakit.

Belajar dari pandangan sang motivator tersebut, maka berikut ini adalah beberapa tips yang dapat dilakukan untuk melawan rasa malas yang kerap datang saat menulis dan berupaya untuk menjaga semangat untuk terus melanjutkan target hingga tulisan jadi, yaitu  di antaranya:

1. Buat jadwal (schedule) yang jelas dan detail
Umumnya, manusia amat tidak suka dikatakan pemalas, tapi justru sering menjadi oknum dan bahkan budak dari sifat yang satu ini. Apalagi jika tidak ada target pasti yang disiapkan. 
Karena itulah, menetapkan target yang terfokus dalam bentuk jadwal yang jelas dan detail dapat membantu penulis untuk mereduksi rasa malas dalam menulis. "Paksaan" yang terdapat dalam jadwal bisa membantu penulis untuk fokus menyelesaikan targetnya.

2. Siapkan hukuman (punishment)
Manusia pada umumnya akan terpacu menyelesaikan target bila terdapat ancaman yang memaksanya untuk menyelesaikan target tersebut.
Dalam hal ini, sorang penulis dapat menentukan bentuk hukuman yang akan diterimanya bila tidak dapat menyelesaikan pekerjaan menulisnya tepat waktu sesuai jadwal.

Misalnya, saat seorang penulis tidak dapat menyelesaikan tulisannya sesuai waktu yang dijadwalkan, maka ia harus menyisihkan uang sebesar Rp. 100.000 untuk sedekah di hari tersebut. Atau bisa juga sang penulis meminta tolong orang lain semisal sahabat untuk mengingatkan saat dia tak bisa menyelesaikan target, dan saat itu sang penulis harus menraktir makan sahabatnya tersebut sejumlah nominal yang telah disepakati.

3. Berikan hadiah (reward)
Bila ada punishment, tentunya akan lebih efektif lagi bila disertai penyediaan  reward atau hadiah bila penulis mampu melawan rasa malas untuk menyelesaikan target tulisannya.

Misalnya, bila bisa menyelesaikan satu target, sang penulis mengambil satu hari untuk khusus disediakannya sebagai waktu istirahat atau waktu bersantai. Bisa juga membuat bentuk reward yang lebih menarik, misalkan memanjakan diri di salon, berwisata kuliner, ataupun bentuk hadiah lainnya. 
Tentunya, sang penulis harus menyesuaikan anggaran yang dikeluarkan dengan baik, karena sumber pendanaan untuk reward ini adalah dari kantongnya sendiri. 

Nah, bagaimana sahabat sekalian? Apakah tips di atas bisa membantu Anda dalam melawan rasa malas saat menulis? Jadi, selamat mencoba.

*Tulisan ini saya susun, terinspirasi dari materi pembelajaran yang saya dapatkan dari Mentor Menulis saya, Bapak Tubagus Salim

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen : Dikejar Bayang Kenangan

Suara-suara itu lagi .... Suara-suara menakutkan yang selama ini sudah sangat akrab di gendang telingaku. Pekikan keras ayah yang diikuti jerit tangis ibu dari ruang tengah mulai terdengar bersahutan. Dan aku hanya bisa meringkuk ketakutan di pojok kamarku yang kubiarkan gelap tanpa cahaya, sambil menahan sesak di dadaku akibat isak tangis yang sedari tadi kutahan. Selalu seperti ini. Mereka berdua kerap membiarkanku menyaksikan pertengkaran yang terjadi. Sepertinya mereka tak pernah menyadari, bahwa perselisihan ini sangat menakutkan untukku. Menakutkan sekali, saat harus melihat dua orang yang sangat kau kasihi saling menyerang, memaki dan mencaci. Tak tampak lagi wajah-wajah teduh penuh cinta dan dekapan sayang yang biasanya selalu tercurah dengan mesra.   Plak!!! Aku terkesiap. Tiba-tiba bunyi tamparan yang cukup keras terdengar, dan suara-suara gaduh itu pun terhenti. Dengan sekali gerakan, aku bangun dan berjingkat pelan mendekati pintu kamar yang sedikit terbuka, b

CERPEN : MUMUN ENGGAK PERNAH SALAH

Hari masih pagi. Nggak kayak biasanya, Bang Jali tetumbenan udah bangun. Matanya kelihatan banget masih kriyep-kriyep menahan rasa kantuk yang tersisa. Sesekali mulutnya yang dihiasi kumis melintang menguap lebar disertai suara "huwaaah" yang lumayan keras. "Apaan sih Bang, masih nguap bae!" Tetiba mata Bang Jali langsung melotot. Suara hardikan Mpok Mumun, istri kesayangannya sukses menghilangkan kantuk berat yang ngganjel di matanya. "Eeeh ... si montok udah siap. Neng Mumun jadi mau ke pasar nih?" Bang Jali cepat-cepat memasang muka manis di depan istrinya. "Lah, ya jadi dong Bang. Pan Mumun dah keabisan lipensetip inih. Boros bener sih. Gegara Abang inih," sambil manyunin bibirnya yang tebal nggak beraturan, Mpok Mumun menjawab pertanyaan suaminya itu dengan ketus. Bang Jali senyum-senyum sendiri mendengar ocehan perempuan kesayangannya itu. Imajinasinya langsung melayang ke mana-mana.  "Ayo deh Bang, berangkat!" Sial

Sering Stuck & Nge-blank Saat Menulis Padahal Ide Sedang Deras-derasnya? Lakukan Tips Menulis Efektif Berikut Ini

Dalam proses menulis, seringkali kita dihadapkan pada kondisi yang membuat langkah kita terhenti (stuck) di tengah jalan dan tidak bisa melanjutkan tulisan yang kita sedang kerjakan. Dan ternyata, alasan di balik terjadinya kondisi tersebut sering kali amatlah sepele. Salah satunya, kita merasa kualitas tulisan jadi "berbeda" dengan yang diharapkan. Padahal, sebenarnya ide menulis yg tengah "berkeliaran dan mengalir" di kepala begitu banyaknya, begitu derasnya. Dalam keadaan seperti ini, kita seakan-akan dibebani rasa bersalah karena tidak mampu menghasilkan tulisan seperti yang kita bayangkan, sesuai yang kita harapkan. Dan, kejadian sesudahnya tentu sangat mudah ditebak bukan? Ya, kita jadi malas melanjutkan tulisan tersebut, dan membiarkan ide yang berdatangan tadi akhirnya mengendap, pergi, dan menghilang.  Pernahkah sahabat sekalian berada dalam kondisi ini? Lalu, bagaimana sebaiknya cara kita menyikapi kondisi ini? Amat disayangkan bukan, bila ide-ide b

CERPEN : CINCIN BERLIAN DARI SYURGA

“Kau harus segera menyampaikan keputusan keluarga ini kepada Arul. Segera, Ranti. Jika ikatan kalian ini tetap ingin dilanjutkan.” Deg! Ucapan Pak Purwo barusan benar-benar mengejutkan Ranti.  Ayahnya belum pernah seperti ini sebelumnya. Pak Purwo adalah seorang lelaki yang demokratis, bijaksana, meski terkenal tegas dan amat menjaga prinsip bila itu berkaitan dengan kebenaran. Namun ketegasannya selama ini selalu disampaikan dengan lembut. Kecuali hari ini. Kata-kata lelaki paruh baya yang masih tampak gagah ini terdengar tajam, menekan, menusuk tepat ke hati. Bagi Ranti, ini menjadi pertanyaan besar di kepalanya. “Kenapa tiba-tiba Ayah mengubah keputusan yang sudah kita sepakati? Tidak bisa seperti ini Ayah ... ” tanya gadis ini dengan nada putus asa. “Ayah mohon Ranti, mintalah pengertian Arul. Ini bukan tentang Ayah yang tidak mau menerima Arul apa adanya. Ayah sangat ikhlas melepasmu menjadi istrinya. Ayah hanya minta sedikit pengertiannya. Dalam masalah ini saja. Ini